TANYA: Saya seorang karyawati, mempunyai saudara sepupu perempuan bernama H. Dia sudah janda dan suaminya meninggal dunia 10 tahun yang lalu.
Sejak masih muda kami akrab dan saling curhat masalah cowok. Jadi, tidak ada rahasia di antara kani, bahkan sampai masing-masing kami berumah tangga, kalau ada masalah, kami salaing bertukar pikiran. Kami sekeluarga menganggap H seperti saudara kandung.
Beberapa bulan yang lalu ia curhat tentang laki-laki yang ingin menikah dengannya. Ia minta pertimbangan tentang mana laki-laki yang bisa berperan sebagai suami yang baik dan bapak dari dua anaknya yang menginjak remaja. Ia bingung untuk memilih, karena masing-masing punya kelebihan dan ia takut kalau salah pilih.
Karena banyak kasus tentang suami kedua yang hanya cinta pada istri, tetapi tidak peduli pada anak tiri. Terkadang ia enggan berumah tangga lagi kalau melihat ada suami yang tega melakukan kekerasan pada istrinya. H meminta pendapat saya tentang kriteria calon suami dan sekaligus ayah bagi anak anaknya.
Meskipun ia pernah bersuami, tetapi untuk memilih pengganti suaminya yang sudah meninggal, H merasa kesulitan. Bagaimana kriteria memilih suami yang baik, menurut tuntunan Islam? (Ny Tanti)
Jawab: Ibu Tanti,selama ini ibu punya saudara sekaligus teman dalam suka dan duka. Kiranya H cukup hati-hati dalam berteman, termasuk dalam memilih calon suami kedua.
Meskipun banyak yang simpati dan secara terus terang sudah menyatakan cinta, ia tidak mau terburu-buru menanggapi.
Pemilihan jodoh merupakan langkah awal yang menentukan kebahagiaan hidup berumah tangga.
Jika salah pilih, bukan ketenteraman yang diperoleh, namun penderitaan yang berkepanjangan. Maka sebelum menetapkan pilihan,perlu dicermati sesuai tuntunan yang ditunjukkan agama,antara lain Pertama, mempunyai iman yang teguh dan akhlak yang mulia.
Laki laki yang bertakwa kepada Allah, akan menghormati dan memuliakan isterinya , dan jika ia marah, tidak akan memukul istrinya. Karena Allah memerintahkan agar para suami bergaul secara baik dengan istrinya sebagaimana tersebut dalam firmanNya
”Dan pergaulilah mereka (istrimu ) dengan cara yang baik dan pantas (QS An NisaĆ:19 ) Untuk mengetahui kadar keimanan seseorang tidak cukup dengan melihat ibadahnya saja, tetapi juga dari sikap dan perilakunya yang baik seperti jujur, dapat dipercaya, menepati janji, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan harta yang haram. Kedua keturunan orang yang saleh, luhur budinya dan terhormat.
Kemuliaan di sini lebih ditekankan pada kepribadian, bukan karena harta. Meskipun harta ikut memengaruhi kebahagiaan keluarga, tanpa disertai iman dan pribadi yang luhur, harta bisa menjadi sumber malapetaka. Sebaliknya jika digunakan sesuai tuntunan agama, akan mendatangkan kebahagiaan bagi keluarga..
Dari tuntunan agama, ibu dapat memberikan pertimbangan kepada H untuk memilih laki - laki yang sudah menyatakan cintanya. Selain kriteria di atas, jangan lupa berikan saran bagi H agar mohon petunjuk kepada Allah, melalui salat istikharah agar dipilihkan jodoh yang dapat membawa pada jalan menuju kebahagiaan hidup dunia maupun akherat. (37)
(Suara Merdeka 6 Januari 2010)