Rabu, 25 April 2012

Saya Difitnah sebagai Wanita Murahan*

Tanya:
Saya mantan karyawati swasta, belum menikah. Sewaktu masih bekerja di kantor, saya punya teman bernama F dan M. Saya pernah dikenalkan oleh F dengan karyawan dari kantor lain yang punya kerja sama dengan kantor kami, bernama T.
Awalnya kami berteman, namun T kemudian menyatakan cinta kepada saya. Anehnya, ia pernah mengaku sudah punya pacar. Mengetahui hal itu, saya menilai T adalah laki-laki yang suka mempermainkan wanita.
Karena itu, saya menolak cintanya, disertai kata-kata yang mungkin menyinggung perasaannya.
Suatu saat, saya ada pekerjaan kantor di luar kota yang melibatkan F, M dan T. Ternyata kepergian keluar kota yang tidak menginap dan saya juga bersama M (teman perempuan) itu, dijadikan bahan oleh T untuk menfitnah saya. Ia menyebarkan berita bahwa saya adalah perempuan "yang bisa dibawa." Bahkan T juga menyebarkan foto porno yang wajahnya mirip saya. Semua itu dilakukan oleh T yang sakit hati atas penolakan cinta saya. Ternyata perbuatan T didukung oleh F dan M, yang menginginkan nama saya hancur, agar tidak ada pesaing dalam memperebutkan jabatan di kantor.
Akibat ulah mereka itu, teman-teman sekantor dan sebagian saudara saya memandang rendah terhadap saya, dan saya kemudian dikucilkan dari pergaulan. Akhirnya saya keluar dari pekerjaan dan sampai sekarang masih menganggur. Apakah kejadian itu termasuk takdir saya, dan bagaimana saya menyikapi cobaan yang begitu berat? (Riana)

Jawab:
Ananda Riana, setiap manusia diuji oleh Allah. Hanya berbeda dalam bentuknya dan cara menyikapi ujian tersebut. Terkadang ujian itu berupa hal yang menyenangkan/kebaikan, tetapi kadang berupa keburukan (Alquran, Surat Al Anbiya’: 35).
Ujian melalui kebaikan, misalnya diberi harta yang melimpah, pangkat/jabatan yang terhormat atau kenikmatan lain. Orang yang diberi ujian berupa kenikmatan itu akan dilihat bagaimana sikapnya ketika menerima nikmat iu, apakah ia mensyukuri nikmat yang diterima itu untuk meningkatkan pengabdiannya kepada Allah atau justru dipergunakan untuk kesombongan atau kemaksiatan.
Sebagian orang yang diuji melalui kenikmatan sering lupa diri. Misalnya yang diberi jabatan, bukan bertambah amal kebaikannya untuk menolong sesama, tetapi digunakan untuk memperkaya diri sendiri atau menindas bawahan.
Adapun yang diuji dengan keburukan, seperti fitnah yang menimpa Riana, maka tidak boleh dihadapi dengan putus asa atau membalas kejahatan dengan kejahatan yang serupa. Karena itu, Riana sebaiknya tidak membalas fitnahan dari teman-teman itu dengan perbuatan serupa.
Namun Riana perlu menjelaskan kepada keluarga, teman-teman dan masyarakat mengenai peristiwa yang sebenarnya. Karena menyangkut harkat dan martabat Riana dan keluarga, maka Riana perlu bersikap tegas.
Fitnah itu bukan takdir yang kemudian disikapi dengan menerima begitu saja, tetapi Riana perlu meminta pertanggungjawaban T, misalnya menuntutnya melalui pengadilan karena sudah mencemarkan nama baik. Kalau ternyata F dan M terlibat dalam perbuatan fitnah yang dilakukan T, maka mereka juga bisa dituntut secara hukum.
Menurut hukum Islam, orang yang menuduh perempuan baik-baik melakukan perzinaan dan tidak dapat mendatangkan empat orang saksi, maka orang yang menuduh itu dikenai hukuman dengan didera 80
kali, dan kesaksiannya tidak diterima untuk selama-lamanya (Alquran, Surat An Nur: 4). 
Dekatkanlah diri kepada Allah melalui shalat ,dan mohonlah pertolongan-Nya agar dimudahkan jalannya mendapatkan jodoh yang saleh dan rezeki yang halal. (24) (Suara Merdeka 25 April 2012 h. 7)