Rabu, 27 Juni 2012

Anakku Malas Shalat*

Tanya:
Saya seorang pensiunan swasta, punya dua anak dan sudah bekerja semua. Mereka juga sudah punya istri dan anak. Suami saya sudah meninggal ketika anak-anak masih kecil. Anak-anak dan menantuku menyayangi saya. Tetapi ada hal yang membuat saya sedih, karena anak saya yang besar, H, suka melalaikan shalatnya. Ia termasuk pimpinan di sebuah kantor swasta, kalau sedang rapat ataupun menangani pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi, maka sering meninggalkan shalatnya. Sebagai ibu, saya sudah sering mengingatkan, namun sampai sekarang ia belum memperbaiki shalatnya. Berbagai alasan dikemukakannya, terkadang bilang sibuk atau sedang menemani tamu kantor.
Apakah saya ikut berdosa, jika anak saya tidak menjalankan shalat? Bagaimana cara menyadarkan anak saya yang malas shalat, dan bagaimana menghindarkan cucu saya agar tidak meniru ayahnya. (Ny Mardi)

Jawab:
Ibu Mardi, langkah untuk mengingatkan anak yang melalaikan kewajiban shalatnya sudah ibu lakukan. Shalat merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan bagi setiap muslim yang sudah balig. Orang yang mengabaikan atau melalaikan shalatnya, termasuk orang yang celaka di akhirat kelak, sebagaimana sabda Allah yang artinya: ”Maka kecelakaan akan didapati oleh orang-orang yang shalat, yang lalai dalam shalatnya.” (Alquran, Surat Al MaĆ­un: 4-5).
Melalaikan waktu shalat, termasuk menunda-nunda shalatnya sehingga waktunya habis dan orang tersebut kehilangan shalatnya. Agar ringan dalam mengerjakan shalat itu, maka perlu ditumbuhkan kesadaran akan tujuan ibadah tersebut yakni sebagai bentuk pengabdian hamba kepada Tuhannya serta ungkapan terima kasih atas segala anugerah-Nya. Shalat yang dilakukan dengan kesadaran akan berdampak positif bagi kehidupan manusia, seperti terciptanya kedamaian dalam hati serta timbulnya semangat berjuang dalam mengarungi liku-liku kehidupan.
Allah memberikan aturan yang meringankan pemeluk Islam dalam melaksanakan shalat wajib. Misalnya dibolehkannya tayamum bagi yang tidak menemukan air atau sedang sakit. Bagi yang sakit dan tidak dapat berdiri, boleh mengerjakan shalat sambil duduk atau berbaring sesuai kondisi dan kemampuannya. Dengan adanya keringanan dan kemudahan yang telah diberikan Allah, maka tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk meninggalkan shalat lima waktu.
Perintah menjaga shalat wajib itu ditegaskan dalam firman-Nya ”Peliharalah segala shalat (mu) dan (peliharalah) shalat wusta. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk (Alquran, Surat Al Baqarah:238).
Sebagai orang tua, Bu Mardi sudah mengingatkan anak untuk melaksanakan shalat wajib. Maka ibu sudah tidak berdosa, karena sudah mengingatkan berkali kali.
Kalau ibu menginginkan cucu menjadi anak yang shalih, memang seharusnya ayah dan ibunya memberi contoh yang baik termasuk dalam shalat. Maka ibu perlu bicara dari hati ke hati kepada putra dan menantu ibu, agar mereka menyadari pentingnya keteladanan orang tua bagi anaknya, termasuk dalam shalat. Jangan lupa mohon kepada Allah, agar putra ibu dan keturunannya diberi petunjuk serta kekuatan dalam menjalankan kewajiban agama. (24) (Suara Merdeka 27 Juni 2012 h. 7)