Rabu, 29 September 2010

Zakat setelah Lebaran

Tanya:
Saya mualaf, bekerja di bidang properti. Dulu
saya mendapat kemudahan memperoleh rezeki.
Namun beberapa bulan sebelum memeluk Islam,
saya ditipu rekanan sehingga saya stres. Saya
masuk rumah sakit dan di rumah sakit itulah saya
mendapat pencerahan dari seorang kenalan yang
menjenguk.
Dia pernah mengalami kejadian yang mirip
dengan saya. Bahkan lebih parah. Dia menyerahkan
semua peristiwa menyedihkan itu kepada Allah.
Akhirnya Allah mengembalikan semua rezeki yang
hilang. Bahkan lebih banyak daripada semula.
Saya sudah mengikuti saran dia, tetapi sampai
sekarang harapan saya belum jadi kenyataan.
Selama ini saya jarang memberikan harta untuk
orang tidak mampu, apalagi setelah tertipu.
Namun beberapa waktu lalu saya membaca
konsultasi LKPA yang memuat perlunya mengeluarkan
zakat untuk membersihkan harta. Hati saya
tersentuh dan berniat mengeluarkan zakat dari
tabungan yang tersisa. Apakah setelah Idul Fitri,
masih bisa memberikan zakat? (Rico)

Jawab:
Batasan waktu pemberian zakat harta atau
zakat mal adalah setahun. Harta berupa uang
tabungan perlu dizakatkan bila jumlahnya sudah
mencapai nishab (setara 94 gr emas). Zakat itu
merupakan ungkapan syukur atas anugerah dari
Allah.
Rezeki tak terbatas uang, tetapi juga kesehatan,
ketenangan hati, atau petunjuk menuju ke jalan
kebenaran. Allah akan menambah anugerah-Nya
bagi manusia yang mau mensyukuri nikmat yang
telah diterima. Namun bagi yang mengingkari atau
tak mau mensyukuri pemberian-Nya, Allah bisa
mencabut nikmat itu dan siksa dari Allah sangat
pedih.
Pengalaman kenalan Rico menunjukkan ada
kasih sayang Allah pada hamba-Nya yang mau
bersyukur. Dalam kodisi ekonomi terjepit, dia tetap
memberikan zakat dan melaksanakan ibadah lain
yang diperintahkan Allah.
Maka Allah mengembalikan harta yang hilang
dan menambahkan rezeki.
Karena itu, Rico tak perlu khawatir uang tabungan
akan berkurang karena diambil untuk membayar
zakat. Percayalah, Allah akan mengganti lebih
banyak. Itu jika ikhlas mengeluarkan zakat.
Yang perlu Anda lakukan adalah menyertai
dengan usaha dan doa karena tak ada rezeki turun
dari langit. Semua harus diusahakan dengan kerja
keras. Dan, jangan lupa berdoa, semoga Allah
memberikan kemudahan dalam memperoleh rezeki.
(51)*
(Suara Merdeka 29 September 2010 h. 19)

Rabu, 22 September 2010

Memperbaiki Diri

Tanya:
Saya ibu rumah tangga beranak tiga. Semua
sudah berumah tangga. Setahun lalu suami saya
meninggal. KIni, saya ditemani seorang kemenakan.
Untuk mengusir kesepian, saya buka toko kelontong.
Jika siang sibuk, saya bisa melalui hari tanpa rasa sepi.
Namun pada malam hari saya sering sedih. Hidup
terasa sepi dan hampa. Apalagi jika tak ada SMS atau
telepon dari anak-anak. Rasanya saya tak bersemangat
lagi untuk hidup. Bagaimana cara menghilangkan
kesedihan?
Soal materi, saya merasa cukup. Saya dulu mendapat
harta dengan meminjamkan uang dengan
bunga lebih tinggi dari bank. Mungkin itu yang disebut
riba. Kini itu saya hentikan sejak ikut pengajian di
mushala tak jauh dari rumah. Apalagi ketika mendengar
kata ustad, membungakan uang tak boleh. Kelak
pada hari kiamat, uang riba itu jadi bara api yang masuk
ke perut. Karena itulah saya tak lagi membungakan
uang. Namun apakah perbuatan saya dulu bisa
diampuni Allah? (Ny Tuti)

Jawab:
Semoga Ibu Tuti mendapat hidayah Allah untuk
kembali ke jalan yang benar. Rasa sedih adalah awal
kerinduan Ibu untuk mendapat kedamaian. Ibu akan
memperoleh ketenangan hati jika mendekatkan diri
pada Allah dengan shalat, membaca Alquran, dan
bertobat atas kesalahan masa lalu.
Riba dilarang Allah. Ibu kini menyadari riba
menyengsarakan orang lain. Perbuatan yang seolaholah
menolong itu, sebenarnya menambah beban
orang lain.
Dengan bunga tinggi, orang yang susah makin
susah untuk melunasi utang. Banyak peminjam hanya
mampu membayar bunga, tak dapat melunasi utang.
Akhirnya mereka kehilangan semua milik yang disita
orang yang meminjami.
Karena itu Allah memerintah orang yang melakukan
riba segera meninggalkan perbuatan itu dan
hanya mengambil pokok/tanpa bunga. Itu disebut
dalam firman-Nya (Surah Al-Baqarah: 278), “Hai,
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang yang bertakwa.”
Jika Ibu menyadari kesalahan pada masa lalu karena
membungakan uang, mohonlah ampun pada Allah.
Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya yang sungguh-
sungguh bertobat. Untuk membersihkan harta,
keluarkan zakat bila telah mencapai nishab (setara 94
gr emas) dan haulnya (waktu sudah setahun). Berikan
zakat itu pada fakir miskin.
Bila belum mencapai ketentuan itu, keluarkan
sedekah. Semoga dengan tobat yang diikuti
pengeluaran zakat/sedekah, harta Ibu jadi bersih dan
hati Ibu pun tenang. (51)

(Suara Merdeka 22 September 2010 h. 19)

Rabu, 15 September 2010

Ibu Tak Memaafkan

Tanya:
Saya pegawai sebuah kantor, sudah menikah selama setahun secara siri. Sebelum menikah, L, suami saya, bekerja di tempat hiburan. Kami menjalin hubungan empat bulan. Ketika L dan orang tuanya hendak melamar, saya bilang pada Ibu. Namun Ibu tak setuju.

Ketika saya tanyakan alasan ketidaksetujuannya, Ibu menilai L terlalu genit dan kurang sopan pada orang tua. Yang paling tak disukai Ibu, L merokok. Karena Ibu tak merestui, kami pun menikah siri.

Setahun saya mendekati Ibu agar menerima L. Namun belum berhasil. Bahkan Ibu melarang saya mengajak L berlebaran ke rumah Ibu. Padahal, saya ingin pada hari raya ini Ibu memaafkan kami. Bagaimana caranya agar Ibu memaafkan kami? Juga memperbolehkan kami datang untuk merayakan lebaran di rumah Ibu? (Nani)
 
Jawab:
Ibu Nani, restu ibu sangat penting bagi kehidupan anak. Jadi usaha mendapat simpati Ibu bagi L tepat. Namun alasan Ibu tentang L benar pula. Perilaku genit, kurang sopan pada orang tua, dan kebiasaan merokok dapat memengaruhi  kebahagiaan rumah tangga, terutama setelah punya anak.

Perilaku L merupakan contoh tak baik bagi anak-anak kelak. Jika Anda ingin Ibu menerima L, hilangkan perilaku kurang baik itu. Sebaiknya L tahu hal-hal yang menyebabkan Ibu tak bisa menerima dia sehingga bisa jadi bahan introspeksi untuk memperbaiki perilaku.

Bu Nani perlu mohon maaf pada orang tua, terutama Ibu, yang sangat mencintai Anda. Karena pernikahan cuma sekali, perlu hati-hati memilih pasangan. Jika L mencintai Anda, tentu mau mengubah perilaku. Itu penting bagi kelangsungan hubungan Anda berdua dan orang tua.

Segeralah sowan Ibu lebaran ini. Jika Ibu belum mengizinkan datang bersama L, Anda bisa datang sendiri. Jika L sudah berubah lebih baik, sampaikan pada Ibu. Semoga Ibu berkenan dan merestui hubungan Anda dan L. Bila orang tua sudah setuju, segera menikah secara sah menurut hukum agama dan negara. Sebab, pernikahan siri tak memberikan perlindungan hukum pada istri dan anak. (51)

(Suara Merdeka 15 September 2010)

Rabu, 08 September 2010

Tarawih Rajin, Shalat Wajib Malas

Tanya:
Saya punya anak pelajar kelas II SMA.
Ramadan ini, dia rajin shalat tarawih. Tentu kami
senang. Namun ternyata dia rajin karena guru
mewajibkan menyerahkan catatan ceramah.
Sehari-hari pasti ada salah satu shalat wajib
yang dia lupakan. Terkadang hari ini tidak shalat
subuh, sedangkan keesokan harinya lupa zuhur.
Pernah saya tegur, tetapi dia menjawab
belum bisa rutin karena shalat Ayah saja bolongbolong.
Ketika jawaban itu saya sampaikan pada
sang ayah, dia menjawab sekarang sibuk. Jadi
terkadang tak ada waktu lagi untuk shalat. Dia
berjanji setelah pensiun akan rajin shalat.
Bagaimana caranya agar suami dan anak saya
rajin shalat? (Ny Rika)

Jawab:
Keinginan Ibu agar suami dan anak rajin shalat
sungguh terpuji. Shalat lima waktu wajib bagi
umat Islam.
Jadi, sesibuk apa pun, tak boleh meninggalkan
shalat karena manusia tak tahu sampai
kapan hidup. Jadi alasan suami Ibu akan rajin
shalat setelah pensiun, tidak tepat.
Ibu bisa menjelaskan pada anak bahwa shalat
dan puasa Ramadan wajib bagi umat Islam. Tak
boleh hanya puasa, tetapi meninggalkan shalat.
Suami dan anak Ibu sudah terkena aturan
syariat untuk mendirikan shalat. Karena itu, Ibu
perlu mengajak mereka agar tak lupa shalat. Juga
agar tak termasuk golongan orang yang celaka di
akherat, sebagaimana disebut dalam firman Allah
(Surah Al-Kautsar Ayat 4 dan 5), “Celakalah
orang-orang yang lalai mengerjakan shalat.”
Setiap ibu menginginkan anaknya bahagia
dunia dan akherat. Jadi jangan bosan-bosan
menanyakan sudah shalat atau belum pada anak
dan suami.
Ibu bisa bicara hati ke hati dengan suami tentang
peran orang tua dalam memberikan keteladanan
pada anak. Semoga cara itu menyadarkan
suami sehingga lebih rajin shalat dan anak Ibu
akan mengidolakannya.
Setiap datang waktu shalat dan anak masih di
sekolah, segera Ibu ingatkan lewat telepon atau
SMS.
Begitu pula suami. Jangan lupa, mohon pada
Allah agar suami dan anak Ibu diberi petunjuk
sehingga bisa menjalankan kewajiban agama,
termasuk rajin shalat. (51)
(Suara Merdeka 8 September 2010 h. 19)

Rabu, 01 September 2010

Ramadan yang Sepi

Tanya:
Saya gadis berusia 27 tahun, bekerja di kantor
swasta. Setahun lalu, saya pacar meninggal dunia lantaran
sakit. Sampai kini saya belum punya pengganti,
meski ada yang mendekati.
Sekian lama sendiri, timbul hasrat menjalin hubungan
dengan lelaki yang telah menyatakan cinta. Apalagi
orang tua dan saudara juga meminta saya segera
menikah.
Namun Ramadan ini saya teringat almarhum pacar
saya. Sebab, biasanya dia mengajak saya tarawih keliling
ke beberapa masjid. Kali ini, semua itu mesti saya
lakukan sendiri.
Beberapa bulan lalu, teman kuliah dulu menyatakan
ingin hidup bersama saya. Namun sampai kini belum
saya jawab. Saya sering terombang-ambing antara
perasaan ingin hidup sendiri atau berkeluarga. Hidup
sendiri terasa bebas, tanpa beban, meski acap terasa
sepi. Jika menikah, saya khawatir suami tak sebaik
almarhum pacar saya.
Bagaimana cara melupakan pacar saya? Apakah
saya dapat mengunjungi makamnya selama Ramadan
ini? Sebab, saya pernah mendengar tetangga menyatakan
ke makam pada Ramadan tak diperbolehkan.(Titin)

Jawab:
Mbak Titin, kami memahami betapa sulit menghapus
kenangan Ramadan bersama almarhum pacar.
Namun Anda harus bangkit, meninggalkan masa lalu
dan memikirkan masa depan.
Ramadan ini doakan almarhum diampuni dan diberi
pahala. Berziarah pada Ramadan tak dilarang. Namun
kunjungan ke makam untuk mendoakan yang telah
meninggal dan untuk mengingat mati. Jadi kita sadar
suatu saat kelak juga mati. Mengingat mati, seseorang
memperoleh dorongan untuk bersemangat beribadah
dan beramal.
Anda perlu juga memikirkan lelaki yang mendekati
dan menyatakan cinta. Dengan perkawinan, terjagalah
seseorang dari perbuatan dosa oleh desakan nafsu
syahwat. Menurut Islam, hukum perkawinan menjadi
sunah bagi orang yang mampu kawin tetapi masih bisa
menahan hawa nafsu sehingga tak terjerumus ke perzinaaan.
Namun jadi wajib jika seseorang mampu kawin
tetapi tak lagi mampu menghadapi desakan hawa nafsu.
Rasulullah menganjurkan umat Islam menikah karena
pernikahan lebih mampu menjaga mata dan kemaluan
dari yang larangan Allah (HR Jama’ah). Selain untuk
menjaga diri dari zina, dalam perkawinan suami-istri
dapat saling tolong dalam beribadah dan berbuat
kebaikan. Insya Allah, Anda mendapat pasangan hidup
yang lebih baik. Karena itu, cobalah membuka hati bagi
lelaki yang menyatakan cinta dan pilihlah yang
berpengamalan agama baik. Karena, kepatuhan menjalankan
agama membawa berkah ketenteraman
rumah tangga. Jangan lupa mohon petunjuk Allah dalam
memilih jodoh yang saleh dan dapat jadi teman dalam
beribadah. (51)

(Suara Merdeka 1 September 2010 h. 19)