Rabu, 18 Februari 2009

Tak Mau Dicerai

Tanya:
Saya seorang ibu rumah tangga, punya dua anak. Suami wiraswastawan. Dulu usaha itu kami rintis bersama, tetapi setelah punya anak, saya berhenti mengelola usaha itu atas permintaan suami.

Sekarang usaha itu makin berkembang, bahkan sudah merambah ke luar kota. Hal ini tak lepas dari bantuan H, seorang pelanggan dari Kota M. Ia seorang janda yang sudah lama menekuni bidang tata boga, yang menggunakan bahan yang kami sediakan.

Dari sekadar hubungan bisnis, akhirnya suami dan H menjalin hubungan cinta. Sekarang H minta suami saya untuk menikahinya. Jika suami tidak mau menikahi, ia mengancam tidak akan membantu lagi bisnis kami.

Ketika hal itu disampaikan suami kepada saya, dengan tegas saya mengatakan tak mau dicerai maupun dimadu. Bagaimana jalan untuk mengatasi persoalan ini, agar suami tidak menikah dengan H, tapi bisnis kami tetap lancar (Ny Arsi).

Jawab:
Bu Arsi, karena asyik dengan bisnisnya, suami ibu sering lupa kalau sudah punya isteri dan anak. Sehingga ketika di luar kota dan bertemu dengan H, terjadilah hubungan cinta di antara mereka. Hubungan itu, sedikit atau banyak, terkait dengan kepentingan bisnis, sebagaimana yang ibu kemukakan.

Pada awalnya, bisnis itu dirintis menjadi ajang untuk mencari nafkah, sekaligus sebagai media ibu bersama suami membangun cinta dan keluarga. Jika sekarang usaha itu justru membuat keluarga ibu terancam oleh perceraian, berarti sudah terjadi penyimpangan dari tujuan semula.

Sebelum penyimpangan itu terlalu jauh, ajaklah suami mengingat kembali suka duka membangun usaha tersebut dari nol. Bukankah selama ini ibu sudah menuruti permintaan suami untuk meninggalkan bisnis demi merawat dan membesarkan anak-anak? Mintalah pula pengertian suami agar tidak melanjutkan hubungan dengan H.

Ajaklah suami bicara dari hati ke hati, untuk melihat dampak perceraian atau permaduan bagi perkembangan jiwa anak. Mereka membutuhkan kasih sayang ayah dan ibunya. Akan terbelah jiwanya jika terjadi perceraian.

Anak adalah kekayaan yang tidak ternilai harganya, jadi harus disayang dan dididik agar tumbuh menjadi anak saleh dan berbakti kepada orang tua. Untuk itu, orang tua perlu memberi keteladanan dalam berbicara dan bertingkah laku.

Contoh itu akan membekas dalam hati anak, dan mereka cenderung mentontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Maka tidak menutup kemungkinan, anak yang dilahirkan dari keluarga yang bercerai akan meniru apa yang sudah dilakukan ayah dan ibunya.

Maka langkah yang sebaiknya dilakukan adalah membangun kembali cinta kasih dan menghindarkan suami dari godaan H. Misalnya dengan menghentikan hubungan bisnis dengan H, dan membuka lahan baru di tempat lain. Ibu dan suami tidak perlu khawatir akan kekurangan pelanggan.

Jika barang yang dijual berkualitas, harga bisa bersaing, dan pelayanan kepada konsumen baik, maka bisnis tentu lancar. Jangan lupa mohon kepada Allah agar diberikan jalan yang mudah dalam memeroleh rezki dan mendapatkan kembali kebahagiaan berkeluarga. (32)

(Suara Merdeka 18 Februari 2009)

Rabu, 11 Februari 2009

Istri kesayangan Ibuku

Tanya:
Saya  baru saja menikah dengan R, teman sekamor, yang sudah janda dan punya seorang anak.Sebelum menikah dengan R, saya sudah punya istri N dan dua orang anak. Sebenarnya saya tidak ingin menceraikan, tetapi karena ia tidak mau dimadu, akhrinya saya ceraikan sebelum menikahi R.

N adalah istri pilihan Ibuku menurut Ibu. N adalah istri yang baik dan berbakti pada orang tua. Maka sesungguhnya ibu tidak setuju kalau saya bercerai dengan N. Karena saya tetap menceraikan N, maka ibu marah dan tidak mau tinggal bersamaku.

Sebulan yang lalu saya dan R meminta maaf kepada ibu namun beliau tidak mau menemui kami. Ibu juga menuduh R adalah penggoda yang menyebabkan rusaknya rumah tanggaku dengan N.

Meskipun hati saya kecewa dengan R dan sedih mendengar tuduhan tersebut, namun tidak dapat berbuat banyak. Bagaimana sebaiknya kami bersikap kepada Ibu agar beliau mau memaafkan kesalahan kami. (Arya)

Jawab:
Pak  Arya, meskipun N adalah pilihan Ibu, namun Bapak telah menerima sebagai istri. Bahkan Bapak sudah mempunyai dua anak. Semua itu kiranya menjadi alasan bagi Pak Arya untuk menolak R sebagai penggoda dan penyebab rusaknya rumah tangga bapak bersama N. Mengenai benar atau tidaknya tuduhan itu, kiranya Bapak dan R yang lebih tahu.

Pada beberapa kasus  perceraian yang disebabkan munculnya orang ketiga, jarang yang mempunyai kesadaran seperti R, yang merasa bersalah dan menganjurkan Pak Arya rujuk kembali dengan N.

Kalau Pak Arya memandang bahwa rujuk kembali itu membawa manfaat, seperti membahagiakan ibu dan menjaga dampak positif, maka Bapak bisa membicarakan dengan N. Kalau ia tidak menolak untuk dimadu, bersedia dinikahi kembali, selanjutnya bapak dapat menemui Ibu. (80)

(Suara Merdeka 11 Februari 2009)

Rabu, 04 Februari 2009

Akibat Menonton Film Porno

Tanya: 
Saya seorang pelajar SLTA, tinggal di Kota K. Saya mempunyai kelompok yang memunyai minat di bidang seni. Biasanya kami latihan tanpa pelatih, hanya menggunakan CD. Beberapa waktu yang lalu di rumah L setelah latihan ada yang membaca CD film porno.Karena pengaruh film itu, kami terangsang dan saya melakukan tindakan asusila dengan teman yang berlainan etnis, meskipun tidak sampai pada hubungan seksual yang sesungguhnya. Tetapi ada yang berhubungan seksual sungguhan dan mengkibatkan R hamil,. 

Peristiwa itu menyebabkan saya takut dan merasa ternoda. Berhari-hari saya bingung, terbayang di hadapan saya orang tua, dikeluarkan dari sekolah, malu bertemu orang, dan masa depan saya suram kalau sata sampai hamil seperti R. Ia stress dan sekarang tidak sekolah lagi. Saya sekarang menyadari kejadian itu dapat diketahui oleh suami (kelak kala saya menikah). Sekarang saya menyadari. Bagaimana cara menghindarkan diri dari pengaruh teman yang dapat merusak? Apakah dosa yang telah saya lakukan itu bisa diampuni Allah. (Evi). 

Jawab: 
Ananda Evi. Nafsu seks merupakan naluri manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup di dunia ini. Di samping diperlukan, nafsu seks sering mendatangkan kesengsaraan hidup jika tidak terkendali, sebagaimana yang dialami Evi dan R. Oleh karena itu, agama memberikan tuntutan agar nafsu seks itu dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan benar, yakni melalui perkawinan yang sah. 

Allah menciptakan pria dan wanita sebagai pasangannya. Kedua jenis kelamin ini dilengkapi dengan organ-organ tubuh yang berfungsi sebagai alat kontrasepsi agar dapat melahirkan keturunan. Untuk memeroleh keturunan yang sehat jasmani dan rohani maka laki-laki maupun perempuan perlu menjaga kesehatan organ reproduksinya. Pemeliharaan itu dimulai semenjak remaja (pra-produksi) ketika produksi (hamil dan menyusui) dan setelah masa produksi (menapouse).

Masa remaja merupakan masa yang rawan terhadap rangsangan seksual yang menyesatkan sebagaimana dialami Evi. Dan termasuk yang dapat menimbulkan rangsangan seksual adalah melihat gambar atau film porno. 
Pengaruh teman memang cukup besar dalam melakukan tindakan yang terpuji atau tercela. Maka perlu berhati-hati dalam memilih teman. Pilihlah teman yang rajin ibadah dan akhlaknya baik. Dengan begitu bisa saling mengingatkan untuk berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan dosa. 

Evi juga harus mempunyai keberanian untuk menolak ajakan yang dapat menjerumuskan kepada perbuatan dosa. Meskipun akibat dari keberanian itu mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, misalnya tidak diperbolehkan ikut kegiatan kelompok. Hal ini lebih baik ketimbang tetap di kelompok tersebut, tetapi terseret ke dalam perbuatan yang merusak masa depan. 

Apabila Evi telah menyesali perbuatan dosa itu, segeralah diikuti taubat. Allah akan mengampuni dosa bagi yang mau bertaubat sebagiamana ditegaskan dalam firman-Nya: ‘’Hari orang-orang yang beriman, bertubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kami ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (QS: a-Tahrin: 8).’’ (80)
(Suara Merdeka 4 Februari 2009)