Rabu, 20 Februari 2008

Kabar Perselingkuhan

Tanya:
Saya karyawati di kantor pemerintah, punya teman sekerja bernama P. Ia bersahabat dengan saya sejak lama. Akhir-akhir ini di kantor tersebar berita kalau suami P tertangkap basah saat selingkuh dengan A.
Yang membuat berita itu adalah suami A. Karena saya dikenal dekat dengan P, maka teman-teman kantor selalu menanyakan berita seputar perselingkuhan tersebut kepada saya. Saya merasa risih mendengarnya, karena hampir tiap hari ada yang menanyakan hal itu.
Sampai saat ini P yang dikenal pendiam belum menceritakan kejadian itu kepada saya. Ia memang pernah datang ke rumah saya dan menangis mendengar berita itu. Ia malu pada teman sekantor, jika peristiwa itu benar-benar terjadi. Suaminya yang sedang berlayar ke luar negeri juga belum dapat dihubungi. Karena itu, P belum tahu benar atau tidaknya berita itu. Bagaimana saya harus menyikapi teman-teman yang selalu menanyakan berita tersebut, karena saya kasihan pada P.
Ny Titi-di kota M

Jawab:
Ibu Titi, berita perselingkuhan selalu menarik perhatian orang untuk ikut membicarakan maupun mengomentari. Padahal, berita itu belum tentu benar, seperti kasus suami P yang menurut pengakuan P belum diketahui kebenarannya.
Untuk mengetahui sumber berita yang menyebabkan teman sekantor ikut menyebarkan, mungkin sulit. Maka, yang bisa ibu lakukan adalah mengajak teman-teman menghentikan pembicaraan itu. Sebab, dampaknya dapat memukul perasaan P dan anak-anaknya.
Betapa malu dan sedihnya mereka apabila mendengar berita yang belum tentu benar mengenai perselingkuhan yang dilakukan ayahnya. Mengingat dampak pemberitaan semacam itu, maka Allah mengajarkan agar seseorang tidak ikut menyebarkan berita bohong/yang tidak diketahui kebenarannya (QS An Nur: 15, 16). Sebagai seorang sahabat, ibu bisa juga memberikan dukungan kepada P agar kuat menerima cobaan ini.
Sabar bukan berarti pasrah dan berdiam diri, tetapi perlu proaktif untuk mencari informasi tentang kebenaran berita itu dari suami P, atau teman dekatnya agar anak-anak terhindar dari beban psikologis. Ibu dapat membantu meredam berita itu agar tidak sampai terdengar anak-anak P, sehingga tidak berpengaruh negatif pada perkembangan kepribadian maupun belajarnya. (37)*

(Suara Merdeka 20 Februari 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar