Rabu, 20 Mei 2009

Fitnah Itu Kejam

Tanya:
Saya seorang pegawai di salah satu kantor swasta. Punya teman H yang suka buat gosip. Beberapa waktu lalu, saya pernah difitnah oleh H. Akibat fitnah itu, hubungan saya dengan calon suami berakhir.

Sampai sekarang saya masih sendiri, sedangkan mantan tunangan sudah berumah tangga. Jika teringat fitnah itu, hati ini masih terasa pedih. Lebaran tahun lalu, teman saya itu meminta maaf, katanya menyesali perbuatannya.
Karena saya masih teringat dengan akibat fitnah itu, maka saya tidak menjawab permintaan maafnya. Bahkan sampai hari ini saya belum bisa memaafkan perbuatannya. Apakah saya berdosa kalau tidak mau memaafkan H? (Arum)

Jawab:
Mbak Arum, setiap orang sudah ditentukan jodohnya oleh Allah. Apabila belum berjodoh, maka ada saja jalan untuk berpisah. Sebaliknya, jika memang berjodoh, meski banyak rintangan akan ketemu juga.

Karena itu, sebaiknya Arum tidak perlu menyalahkan H. Mungkin secara lahiriah, penyebab kegagalan itu adalah H. Tetapi jika direnungkan lebih dalam, maka fitnah itu tidak akan menjadi halangan bagi dua orang yang memang ditakdirkan berjodoh. Karena, bagi orang yang saling mencintai, tentu tidak akan percaya begitu saja terhadap perkataan atau berita yang dibawa orang lain.

Menyesali masa lalu akan menyebabkan kemunduran, kalau tidak diikuti dengan usaha untuk memerbaiki kesalahan tersebut. Karena itu, sebaiknya segera lupakan masa lalu dan songsonglah hari depan yang lebih baik.
Jika teman itu sudah meminta maaf, maafkanlah kesalahannya. Apalagi sudah menyatakan penyesalannya.

Namun untuk memaafkan orang yang telah memfitnah tentu bukan hal yang mudah. Karena harus menahan marah, jengkel, dan ketidakpuasan lainnya.
Bagi orang yang dapat mengendalikan marahnya, berarti ia telah berhasil melampaui ujian yang berat. Maka Allah akan memberikan pahala bagi orang yang mau memberi maaf pada orang lain yang pernah berbuat jahat kepadanya (QS Asy-Syura: 40).

Memaafkan kesalahan orang lain akan mendatangkan kebaikan bagi kedua belah pihak. Selain mengakrabkan lagi, Arum akan mendapatkan kembali kehidupan yang lebih tenang. Sebab sakit hati dan menyesali masa lalu dapat menyebabkan stres dan timbulnya penyakit lainnya.

Maka Islam mengajarkan agar seseorang bisa menahan marah, dan mau memberi maaf kepada orang lain. Karena manusia tidak lepas dari berbuat salah. Karenanya, maafkanlah H. Siapa tahu ia benar-benar bertaubat dan akan memperbaiki kesalahannya. (32)

(Suara Merdeka 20 Mei 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar