Rabu, 10 Februari 2010

Anak Ikut Siapa?

Tanya: Saya  seorang pelajar SMP, punya dua kakak yang duduk di bangku SMA. Ayah kami bekerja di kantor swasta, sedang ibu mengelola toko kelontong; Akhir-akhir ini kami bertiga bingung mengingat keadaan di rumah yang tidak tenang, karena ayah sering bertengkar dengan ibu. Saya pernah mendengar,ayah menuduh ibu tidak mengikuti perintah ayah. Ibu pernah menjelaskan bahwa ibu berjualan di toko juga untuk membantu ayah, karena tanpa ibu bekerja kebutuhan kami tidak tercukupi. Tak jarang kami mendapati ibu menangis di kamar setelah pertengkaran dan ayah biasanya terus pergi nggak tahu ke mana.

Beberapa hari yang lalu, ibu mengumpulkan kami bertiga dan menanyakan apabila terjadi perpisahan antara ayah dan ibu, kami akan memilih ikut ibu atau ayah? Mendengar pertanyaan itu saya bingung dan tidak bisa menjawab. Kakak yang paling besar mengatakan akan ikut ibu, karena ibu selama ini selalu mendampingi kami dan ia telah bersusah payah ikut mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kami. Saya dan kakak belum menjawab. Saya benar-benar bingung dan sedih, harus ikut siapa? Karena kami ingin dekat dengan ibu dan ayah. (Dony)

Jawab: Ananda Dony, setiap anak tentu ingin ayah dan ibunya selalu rukun. Ketenteraman akan membawa pula pada ketenangan belajar dan prestasi. Ayah dan ibu Dony sebagai orang tua, tentu ingin mempunyai anak-anak yang pandai dan berbudi luhur. Sebagai suami-istri, berbeda pendapat merupakan hal yang wajar. Terkadang semua merasa pendapatnya yang benar, dan kalau tidak ada yang mengalah maka akan terjadi pertengkaran. Karena itu, Dony tidak perlu risau dengan pertengkaran orang tua. Kalau ibu pernah bicara tentang perceraian, itu mungkin karena masih belum bisa melupakan pertengkarannya dengan ayah.

Karena Dony dan kakak-kakak usianya sudah lebih dari 12 tahun, sudah dapat menentukan sendiri mau ikut siapa andai kata terjadi perpisahan. Untuk sekarang ini, cobalah jangan berpikir tentang perpisahan dulu. Cobalah tanyakan kepada ibu dan ayah, apakah mereka tidak ingin melihat anak-anaknya hidup tenang dan bahagia. Kalau Dony dan kakak-kakak tidak berani bicara, tulislah surat dan kemukakan apa yang kalian rasa dan pikirkan tentang buruknya akibat perceraian bagi anak-anak. Jangan lupa,  bangun tengah malam untuk shalat tahajut dan mohonlah kepada Allah agar ayah dan ibu dipertemukan lagi hatinya untuk melanjutkan tugas dan perjuangan dalam membina keluarga yang bahagia di dunia sampai akherat kelak. (37)
(Suara Merdeka 10 Februari 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar