Rabu, 10 November 2010

Ibu Tak Merestui

Tanya:
Saya duda dengan dua anak yang masih sekolah
di SLTA. Dulu, Ibu tak setuju saya dan istri
bercerai. Memang M, istri saya, dekat dengan Ibu.
Jika kami bertengkar dan Ibu tahu, pasti beliau
membela istri saya. Menurut pendapat Ibu, M istri
yang baik dan pandai mendidik anak.
Kini, saya berkenalan dengan L, yang bekerja di
tempat hiburan malam. Dia janda cerai, tanpa anak.
Setelah saling kenal, kami sepakat hendak
menikah.
Lebaran lalu, saya minta restu Ibu untuk
menikahi L. Namun Ibu tak mau merestui. Beliau
bahkan menyuruh saya rujuk dengan M.
Sampai di rumah, saya merasa sedih, bahkan
sampai meneteskan air mata. Beberapa hari pikiran
saya tak tenang. Suatu hari saya kembali mengunjungi
Ibu untuk menjelaskan kebaikan L.
Namun Ibu baru tidur dan sampai saya pulang
belum bangun.
Mungkin Ibu tak mau menemui saya, yang beliau
nilai telah berani membantah perintah orang tua.
Apakah sebaiknya saya membatalkan pernikahan
dengan L? Dan, rujuk lagi dengan M sesuai dengan
keinginan Ibu? (Nano)

Jawab:
Pak Nano, yang tahu persis penyebab perceraian
Anda dan istri adalah Bapak. Jika penyebabnya
emosi sesaat, rujuk merupakan pilihan terbaik.
Sebab, kembalinya M berarti mengutuhkan lagi
keluarga Bapak.
Langkah itu tentu tak sekadar menyenangkan
hati Ibu. Namun anak-anak juga akan memperoleh
kasih sayang utuh dari ayah dan ibu. Itu penting
bagi perkembangan kejiwaan mereka.
Membahagiakan Ibu saat beliau tua adalah perbuatan
terpuji dan merupakan bakti anak pada
orang tua. Alasan Ibu menginginkan Anda rujuk
dengan M juga berkait dengan kepentingan anakanak.
Cobalah hal itu jadikan bahan pertimbangan
dalam menentukan pilihan antara M dan L.
Menikah saat sudah ada anak, perlu
memikirkan pula dampaknya terhadap anak.
Apakah anak-anak bisa menerima L sebagai ibu
atau tidak? Sebaliknya, apakah Ldapat menjadi ibu
yang baik bagi anak-anak atau tidak?
Rida Allah ada dalam rida orang tua, terutama
ibu. Semoga itu jadi bahan pertimbangan Bapak
untuk memutuskan. Jika Bapak rujuk dengan M
tentu menyenangkan hati Ibu serta membuahkan
kebahagiaan bagi anak-anak. Mereka akan menemukan
kembali kehangatan dan kasih sayang ayah
ibu, yang hilang beberapa saat. Semoga Allah
memberikan kembali kebahagiaan berkeluarga
bagi Bapa. (51)

(Suara Merdeka 11 November 2010 h. 19)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar