Rabu, 20 April 2011

Penyesalan yang Terlambat*

Tanya:
Kami sudah menikah 15 tahun, tapi belum punya anak. Saya bekerja di kantor swasta, istri di toko kain milik orang asing. Kami sudah berupaya memperoleh anak lewat pengobatan dokter dan alternatif. Namun belum berhasil.
Di kantor, saya punya teman bernama K yang acap kencan dengan wanita penghibur. Suatu hari, sepulang kerja K minta diantar ke tempat kencan dengan L. Selain L, ada wanita lain. K mengenalkannya pada saya. Awalnya saya tak mau digoda R, teman L. Namun akhirnya jadi pelanggan. Bahkan kini saya tertular penyakit kotor.
Meski istri tak tahu, saya bingung karena kini dia hamil. Saya khawatir anak kami tertular penyakit kotor saya. Saya merasa bersalah. Namun mau bilang pada istri, tak sampai hati. Apalagi kini istri saya acap mengeluh seperti terkena penyakit kotor.
Saya menyesal. Saya selalu ketakutan anak kami kelak mengidap penyakit akibat dosa saya. Bagaimana sebaiknya agar saya tenang dan istri tak membenci karena dosa perselingkuhan yang menimbulkan penyakit itu? (Aryo)

Jawab:
Pak Aryo, ibarat nasi menjadi bubur, penyesalan Anda sudah terlambat. Akibat perilaku seksual menyimpang itu kini menular pada istri Bapak. Untuk menghindarkan janin dari penyakit kotor, Bapak dan istri perlu berobat ke dokter ahli penyakit kulit dan kelamin serta periksa ke dokter kandungan.
Untuk menenangkan hati, Bapak perlu mohon ampun dan bertobat pada Allah. Berjanjilah pada Allah, Bapak menyesal dan tak akan mengulangi. Bila Bapak sungguh-sungguh bertobat, Allah tentu mengampuni.
Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah pada Allah dengan tobat setulus-tulusnya.
Mudah-mudahan Tuhan kamu menghapus kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai” (Surah At-Tahrim: 8). Dengan bertobat disertai berobat rutin sampai dokter menyatakan sembuh, Bapak akan tenang. Bila istri Bapak mendapat informasi dari dokter tentang penyakitnya dan menanyakan kebenarannya, Bapak harus terus terang dan minta maaf.
Jika istri membenci Bapak, terimalah dengan sabar. Karena Bapak memang telah bersalah. Jadi tak perlu marah jika istri menjauhi atau membenci. Mohonlah pada Allah agar diberi petunjuk untuk bisa hidup di jalan yang diridoi-Nya. (51) (Suara Merdeka 20 April 2011 h. 7,  16 Maret 2011 h. 19) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar