Rabu, 19 Maret 2008

Calon Mertua Penggoda

Tanya:
Saya bekerja di kantor swasta. Saya punya pacar T, bekerja di tempat yang sama. Pacar saya berasal dari kota M. Kami telah sepakat menikah tahun ini. Semula orang tua setuju, namun sekarang hubungan kami terancam putus, karena orang tua saya mendapat informasi bahwa calon mertua laki-laki suka menggoda wanita.

Ada kemenakan ayah bernama R, yang tinggal sekota dengan calon mertua saya. Dari dia ayah mendapat kabar tentang hal itu. Perilaku tercela itu, kata R, sudah diketahui oleh tetangga maupun teman sekantor calon mertua saya.
Setelah mendengar berita tentang kelakuan ayah pacar saya, ayah dan ibu saya tidak mengizinkan saya melanjutkan hubungan dengan T. Mereka khawatir jika kelakuan buruk ayahnya akan menurun pada T. Padahal, T selama ini saya ketahui rajin shalat, puasa, dan tingkah lakunya juga baik. Apakah saya harus mematuhi keinginan orang tua untuk memutuskan hubungan dengan T, karena calon mertua suka menggoda wanita?

Lita-Kendal

Jawab:
Ananda Lita, kami dapat memahami kegelisahan Lita yang dilarang melanjutkan hubungan dengan T. Perilaku orang tua, secara langsung maupun tidak langsung, memang ada pengaruhnya bagi anak. Seperti suka menggoda lawan jenis jika dilakukan oleh seorang yang sudah berumah tangga dan punya anak, dampaknya lebih luas karena dapat menyebabkan anak merasa malu akan perbuatan tercela orang tuanya.
Namun, belum tentu kebiasaan itu menurun pada anak. Apalagi anak yang sudah dewasa dan kepribadiannya telah matang, tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk.
Seorang anak memang akan melihat dan mendambakan orang tuanya menjadi contoh yang baik baginya. Karena itu, dapat dimengerti jika orang tua Lita khawatir jika contoh yang tidak baik itu justru yang dilihat atau bahkan ditiru oleh T yang akan mempersunting Lita. Yang kecewa terhadap perbuatan calon mertua kiranya bukan hanya orang tua Lita, tetapi juga T.
Sebagai anak yang baik, ia bisa lebih menderita melihat tingkah laku ayahnya yang merendahkan derajat wanita. Penderitaan itu akan bertambah bila hubungannya dengan Lita putus, gara-gara ayahnya yang suka iseng.
Jika Lita menilai T sebagai pemuda yang berkepribadian baik dan taat menjalankan perintah agama, maka kemukakan hal itu kepada orang tua Lita. Untuk meyakinkan mereka, Lita dapat mengajak T bertemu dengan orang tua Lita, agar mereka dapat berdialog langsung, sehingga kekhawatiran orang tua dapat diatasi.
Namun, sebelum mempertemukan T dengan orang tua Lita, sebaiknya ditanyakan dulu kepada T mengenai kebenaran berita yang menyangkut ayahnya.
Dengan demikian, akan dapat dikemukakan permasalahan yang sebenarnya. Semoga melalui cara itu, ayah dan ibu Lita dapat memahami persoalan dengan bijak, sehingga dapat mengambil langkah yang tepat untuk kebahagiaan dan masa depan Lita. (37)*

(Suara Merdeka 19 Maret 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar