Rabu, 02 April 2008

Dimadu untuk Mendapat Anak Laki-laki

Tanya:
Saya menikah selama delapan tahun. Anak kami tiga perempuan semua. Sesuai dengan kesepakatan dengan suami telah menjalani KB sejak dua tahun lalu. Kehidupan kami selama ini tenteram. Saya dan suami bekerja di pabrik. Tetapi, akhir-akhir ini suami sering pergi malam, dengan alasan cari tambahan penghasilan dengan ikut temannya yang menjadi makelar tanah.

Yang saya risaukan, karena sekarang ia menjalin hubungan dengan seorang janda bernama L. Suami mengakui hal itu, bahkan ia minta izin saya untuk menikahinya. Alasannya, ia ingin anak laki-laki.
Bolehkah berpoligami kalau keadaan ekonomi kurang dan dengan alasan untuk mendapatkan anak laki-laki?
Ny Tini-Semarang

Jawab:
Ibu Tini, tujuan pernikahan di antaranya memang untuk mendapatkan keturunan. Anak perempuan dan laki-laki dalam pandangan Allah mempunyai derajat yang sama, dan yang membedakan tinggi rendahnya status seseorang hanyalah ketakwaannya QS Al Hujarat: 13).

Apabila anak-anak perempuan itu diberikan pendidikan yang baik dan menjadi anak yang salihah/beriman, cerdas, dan bermanfaat, maka orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akherat akan mendapat perlindungan dari api neraka sebagaimana sabda Rasulullah: ''Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan, lalu ia sabar dalam mendidiknya, memberinya makan minum, dan pakaian sesuai dengan kemampuannya, maka mereka akan menjadi perisai yang menjauhkan orang tuanya dari api neraka (HR Ibnu Majah). Rasulullah juga diberikan oleh Allah anak-anak yang tumbuh sampai besar, putri semuanya. Beliau senang dan bangga mempunyai anak- anak yang salihah, dan beliau tidak melakukan poligami hanya untuk mendapatkan anak laki-laki.

Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa di antara syarat untuk mendapat izin poligami dari Pengadilan Agama adalah adanya persetujuan istri dan jaminan bahwa suami mampu memenuhi keperluan hidup istri-istri dan anak-anaknya.

Ajaklah suami bicara dari hati ke hati bahwa rumah tangga yang dibangun selama ini telah memberikan ketenteraman. Haruskah semua itu diakhiri untuk mengejar sesuatu yang belum tentu menjamin terciptanya kebahagiaan hidup. Mohonlah pertolongan Allah. Semoga suami diberikan petunjuk dan ibu bersama keluarga mendapatkan kembali kebahagiaan berumah tangga. (37)

(Suara Merdeka 2 April 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar