Rabu, 08 Oktober 2008

Malu Meminta Maaf

Tanya
SAYA seorang gadis, siswi SMU di kota S. Kami tingggal berdua dengan Ibu. 

Menurut cerita nenek, ayah saya sudah meninggal dunia sejak saya masih bayi. Beberapa waktu yang lalu ada P (saudara ayah) yang datang ke rumah. Ia mengatakan kepadaku sesungguhnya ayahku bernama D dan masih hidup. Ia tinggal di luar kota. D dulunya terkenal play boy. Mendengar cerita itu, saya menjadi benci pada nenek. 

Ramadan kemarin saya ikut pesantren kilat dan hati saya menjadi terbuka akan kebaikan nenek yang selama ini menjaga saya maupun ibuku. 

Dalam hati saya, ingin sekali di hari lebaran ini bisa meminta maaf kepada nenek. Tetapi ada rasa malu karena saya pernah berkata kasar kepadanya. Apakah saya boleh meminta maaf kepada nenek lewat telepon meskipun rumah saya tidak jauh?  (Rini) 


Jawab
Ananda Rini, perjalanan hidup yang sudah lewat tidak perlu disesali. Yang perlu dilakukan sekarang adalah menjadikan peristiwa itu sebagai peringatan agar tidak terulang lagi di masa mendatang. 

Rini juga tidak perlu berkecil hati atau merasa rendah diri karena dilahirkan oleh ibu yang telah melakukan kekhilafan di masa lalunya. Islam mengajarkan bahwa bayi yang dilahirkan adalah suci dari dosa orang tuanya. 

Allah menegaskan bahwa seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun, meskipun (yang memanggilnya) kaum kerabatnya (QS Fathir: 18). 

Apabila Rini telah menyakiti hati nenek dengan berkata kasar, maka segeralah Rini meminta maaf kepada Nenek. Nenek memang menolak lamaran D, tetapi semua itu dilakukan semata-mata karena rasa cintanya kepada anak dan cucu agar tetap terjaga kehormatannya. 

Karena itu, Rini perlu memahami hal ini dan sayangilah nenek yang telah ikut merawat dan membesarkan Rini. Dan untuk meminta maaf kepadanya, Rini tidak perlu malu. Kunjungilah ia dan bawakan sesuatu yang menjadi kesukaannya. 

Bahagiakan nenek di hari tuanya dengan perkataan yang lemah lembut dan sikap yang dapat menyenangkan hatinya. Jangan lupa selalu memohon kepada Allah agar nenek maupun Ibu Rini senantiasa diberikan kebagiaan di dunia sampai akhirat. (80)
(Suara Merdeka 8 Oktober 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar