Rabu, 21 Januari 2009

Digoda Bos

Tanya: 
Saya seorang karyawati punya seorang anak balita. Sewaktu masih duduk di SMA saya punya pacar bernama M. Setelah lulus, kami mencari pekerjaan dan ia mendapat kerja di kota K dan saya tetap di kota P. 

Setelah berpisah tempat, semula hubungan kami tetap berjalan baik, tetapi akhirnya kami putus karena ia tergoda perempuan lain. Setelah saya kenal dengan R akhirnya saya dapat melupakan M karena ada kecocokan dengan R. Saya akhirnya menikah dengannya. 

Setahun yang lalu, suami pindah kerja di kota K. Agar kami tetap bisa bersama, akhirnya saya ikut pindah dan dapat pekerjaan di kota itu. Tanpa saya duga, ternyata kepala bagianku adalah M, mantan pacar saya. 

Sekarang ini dia selalu berusaha menggoda saya dan pernah mengajak nikah. Ia bersedia menceraikan isterinya. Bagaimana cara menjauhi M agar ia tidak tersinggung sehingga dapat membahayakan posisi saya di tempat kerja. Bagaimana tuntunan Islam membina rumah tangga sehingga saya tidak tergoda M (Triani) 

Jawab: 
Ibu Tri yang sedang risau. Kami dapat memahami kegelisahan Ibu menghadapi mantan pacar yang berusaha menggoda. Lelaki semacam M adalah tipe tidak setia. Dulu ia pernah meninggalkan Bu Tri dan menikah dengan  orang lain yang sekarang hendak dikhianati pula. 

Pengalaman pahit masa lalu itu perlu dijadikan pijakan untuk bersikap hati-hati terhadap M. Jangan sampai Ibu menjadi korban kedua kali. Sikap Ibu menolak ajakan untuk menikah dengannya sudah tepat. Hal itu untuk menunjukkan bahwa Ibu tidak ingin berhubungan lagi dengannya. 

Melihat perbuatan M masih berusaha mengganggu ibu, sebaiknya Ibu perlu berterus-terang kepadanya bahwa Ibu ingin mempertahankan kebahagiaan rumah tangga bersama R, suami ibu. 

Dan ibu juga tidak ingin merusak hubungan M dengan istrinya. Agar ia tidak tersinggung, maka bisa disampaikan dari hati ke hati. Ajaklah ia bertukar pikiran untuk menuntaskan persoalan itu. 

Pilihlah suasana yang santai untuk menyampaikan penolakan itu tanpa harus pergi ke suatu tempat yang justru menimbulkan kenangan masa pacaran dulu. Hal ini juga bertujuan untuk menjaga perasaan ibu agar tidak larut dalam kenangan masa lalu yang dapat menggoyahkan keteguhan hati ibu untuk menolak godaannya. 

Ibu Tri telah memeroleh kebahagiaan hidup berumah tangga dengan R. Karena itu  perlu dipertahankan. Islam mengajarkan prinsip membangun rumah tangga bahagia. Di antara dengan membina pergaulan suami-istri dengan cara yang ma’ruf/ baik dan pantas (QS An-Nisa’: 19). 

Di antara bentuk pergaulan yang ma’ruf itu adalah saling menyayangi (mawaddah). Artinya tidak sekadar cinta,  tetapi siap menerima segala kelebihan dan kekurangannya. 

Juga ada rahmah (simpati dan saling menghormat) dan sakinah, yakni masing-masing mengupayakan terciptanya kejujuran, keterbukaan, dan keharmonisan. Jangan lupa selalu mohon perlindungan Allah agar Ibu dan keluarga dijauhkan dari godaan yang dapat merusak kebahagiaan berumah tangga yang telah dibangun selama ini. (80)
(Suara Merdeka 21 Januari 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar