Rabu, 14 Januari 2009

Ibu Tidak Merestui

Tanya: 
Saya seorang gadis yang telah ditinggal oleh ayah. Semenjak ayah meninggal, sikap  ibu sering membuat bingung. Apa yang saya lakukan untuk memenuhi permintaannya selalu disalahkan. Bahkan ibu sering mencemooh saya di depan adik-adik. Beberapa waktu yang lalu, saya baru mengerti bahwa S yang saya kira ibu kandung ternyata ibu tiri. Karena bosan di rumah, saya pergi ke tempat paman di luar kota. Di tempat itu, saya kenal dengan keluarga yang baru beberapa bulan tinggal di kota itu. Setelah saya perkenalkan kepada paman, ternyata M yang menjadi ibu teman baruku (berinisial L) adalah ibu kandungku. 
Saya tidak menceritakan pertemuan dengan ibu kandungku itu kepada S. Saya khawatir ia akan marah. Meskipun saya tahu bahwa S bukan ibu kandungku, tetapi karena ia yang membesarkan saya, maka saya tetap menganggapku sebagai ibu sendiri. Suatu waktu saya pernah diusir dari rumah karena ia tidakmenyukai Y, pacarku,. Setelah pergi dari rumah, saya tinggal di rumah M, ibu kandungku, dan dengan doa restunya saya telah menikah dengan Y. 
Tetapi saya tidak memberitahukan kepada S tentang pernikahan itu karena ia tidak menyukai Y. Apakah sikap saya itu salah dan bagaimana sebaiknya saya bersikap kepada S yang sudah mengusir dari rumah peninggalan ayahku (Yuyun) 

Jawab: 
Ananda Yuyun. Sebagai seorang anak yang sudah dibesarkan oleh ibu S, sudah tepat kiranya kalau Yuyun tetap berbuat baik kepadanya. Setelah ayah Yuyun meninggal, kemungkinan perasaannya  galau sehingga banyak marah. Kesepian karena ditinggal orang yang dicintai dan banyaknya persoalan yang harus diselesaikan sendiri bisa mengubah sikap Bu S yang semula sabar menjadi pemarah. 

Karena itu, Yuyun sebaiknya bisa memaaafkan kekhilafannya yang sempat membuat Yuyun sakit hati. Meskipun Ibu S adalah ibu tiri, tetapi ia sudah melakukan tugas seperti ibu kandung dengan merawat dan membesarkan Yuyun. 

Kalau ia tidak merestui hubungan Yuyun dengan Y, mungkin ada alasannya. Sebagai ibu yang telah membesarkan Yuyun, ia tentu menginginkan Yuyun dapat pendamping hidup yang bisa membahagiakan di dunia sampai akhirat. 
Karena itu, untuk menghilangkan persangkaan buruk terhadap Ibu S, sebaiknya tanyakanlah alasannya. Kalau terkait dengan kekurangan Y, itu dapat digunakan sebagai bahan introspeksi agar pribadinya semakin baik. Pernikahan Yuyun dengan Y sebaiknya diberitahukan kepada S sekaligus mohon doa restunya. 
Dengan demikian, Ibu S akan merasa dihargai sebagai ibu yang telah membesarkan Yuyun dan akan ikut berdoa bagi kebahagiaan Yuyun. Jangan lupa mohonlah maaf kepada Ibu S. 

Mungkin selama Yuyun berada di bawah asuhannya sering membuat kesalahan. Andaikata S masih menyimpan kemarahan kepada Y, bersabarlah dan jangan membalasnya dengan perkataan atau perilaku kasar. Karena Allah melarang seorang anak berkata kasar kepada orang tuanya (QS Al-Isra: 23). (80)
(Suara Merdeka 14 Januari 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar