Rabu, 14 Juli 2010

Makin Jadi Pemarah

Tanya:
Saya karyawati beranak dua. Suami saya sudah pensiun. Usia saya dan suami selisih tujuh tahun. Saya mengenal dia sebagai penyabar dan penuh pengertian. Karena itu, beda usia cukup banyak tak  masalah bagi saya. Mungkin karena sejak kecil saya merindukan figur ayah, yang meninggal sewaktu saya berumur tiga tahun.

M, suami saya, juga bisa memahami saya. Namun semua sifat itu sekarang berubah. Dia jadi pemarah. Dan yang lebih menyakitkan, dia sering menuduhkan beberapa perbuatan yang tak pernah saya lakukan.

Selain jengkel, saya terkadang kasihan kepada dia. Karena, pertambahan usia semestinya membuat dia makin sabar dan berpikiran positif.

Saya pernah mendengar ustad menyebutkan ciri orang yang meninggal secara baik atau khusnul khatimah, yakni makin tua kian sabar dan berperilaku baik kepada istri, anak-anak, dan masyarakat. Apa yang mesti saya perbuat agar suami saya kembali jadi penyabar sehingga kelak bisa khusnul khatimah? (Ifa)

Jawab:
Ibu Ifa, kata ustad itu benar. Karena siapa pun tak tahu kapan kematian tiba, sebaiknya setiap orang mempersiapkan diri dengan selalu berbuat baik seperti diperintahkan agama. Termasuk, bergaul secara baik dan pantas dengan istri.

Suami Ibu semula punya sifat terpuji, seperti sabar dan penuh pengertian. Sekarang dia berubah jadi pemarah dan kerap berprasangka buruk. Bahkan sering menyakiti hati dengan melontarkan kata kasar dan tuduhan tak berdasar.

Sayang sekali. Memasuki usia tua semestinya lebih banyak beribadah dan berperilaku baik. Marah-marah dapat mendorong seseorang menyimpang dari aturan dan norma agama. Karena itu Islam  menuntun agar seseorang dapat mengendalikan amarah. Dengan berpuasa, misalnya, pemeluk Islam dilatih sabar. Karena puasa tak hanya mencegah dari makan dan minum, tetapi juga menghindarkan diri dari sifat tercela, antara lain marah.

Jadi, lebih baik suami Ibu mau berpuasa sunah untuk mendekatkan diri pada Allah dan membina kesabaran. Jika mau mengingatkan tentang keutamaan dan manfaat puasa bagi pengendalian diri, Ibu bisa membeli buku yang berkait dengan masalah itu.

Letakkan buku itu di tempat suami sering  duduk. Secara tak langsung dia akan melihat buku itu dan semoga tertarik membaca. Jangan lupa  berdoa pada Allah dan mohon petunjuk agar suami Ibu memperoleh kesabaran pada hari tua. (51)
(Suara Merdeka 14 Juli 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar