Rabu, 12 Oktober 2011

Istri Minta Cerai*

Tanya:
Saya seorang PNS, mempunyai dua anak yang sudah besar. Rumah tangga kami semula diliputi ketenangan dan anak-anak tumbuh dalam suasana rumah yang damai. Karena anak-anak sudah besar, dan banyak waktu luang, istri saya yang hanya tamatan sekolah dasar kemudian saya dorong ikut kejar paket C. Setelah lulus dari program paket C, ia ingin bekerja dan saya perbolehkan.
Selama bekerja itu, rupanya ia punya kenalan laki-laki yang kemudian menjadi PIL-nya (pria idaman lain). Sewaktu berangkat dari rumah, istri saya pamit bekerja, tetapi ternyata ia tinggal serumah dengan laki-laki tersebut. Ada rumah kontrakan yang digunakan mereka hidup bersama, dan sore harinya istri saya tetap pulang ke rumah. Saya menyaksikan sendiri, pergaulan mereka yang layaknya suami istri.
Sewaktu ketahuan, maka sebagai suami, saya telah mengingatkan dia bahwa perbuatan itu dosa. Tetapi ia tidak menyesal, bahkan ia minta cerai.
Saya ingin mempertahankan rumah tangga, mengingat masa depan anak-anak dan kedudukan saya di masyarakat termasuk menjadi panutan.
Tetapi usaha saya untuk memperbaiki perilaku istri sepertinya sia-sia. Nasihat dari beberapa pihak tidak ada yang didengarnya, dan ia tetap pada pendiriannya untuk bercerai. (Rudy)

Jawab:
Pak Rudy, rumah tangga yang bahagia ditopang oleh beberapa hal, antara lain kesepakatan suami istri untuk saling mendukung dalam mengupayakan terciptanya ketenangan dan kasih sayang dalam keluarga. Maka, masing-masing pihak harus menjalankan kewajibannya dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa merusak kebahagiaan keluarga. Kebohongan merupakan salah satu hal yang merusak sendi-sendi rumah tangga. Apalagi, kalau terkait dengan kesetiaan yang menjadi pilar tegaknya rumah tangga.
Sebagai suami yang telah hidup bersama istri sekian lama, pak Rudy tentu sudah tahu sifat-sifat istri. Pak Rudy juga telah mendorong istri untuk belajar dan mengizinkan istri untuk bekerja. Hal ini tidak lepas dari adanya kepercayaan kepada istri bahwa ia akan bisa menjaga diri dari perbuatan yang menyimpang dari norma agama maupun masyarakat. Namun ternyata istri tidak dapat menjaga amanah itu, bahkan sudah tidak mengindahkan nasihat suami ataupun orang lain. Kalau Pak Rudy masih menginginkan rumah tangga utuh, maka perlu bicara dari hati ke hati dengan istri, antara lain mengenai akibat perceraian bagi anak dan masa depannya, serta kesediaan istri untuk bertaubat dan memutuskan hubungan dengan PIL.
Untuk memberi pelajaran bagi pasangan selingkuh itu, Pak Rudy bisa melaporkan kasusnya ke pihak yang berwajib. Atau Pengadilan Agama, kalau Pak Rudy memilih bercerai. Karena anak anak sudah besar, Pak Rudy bisa membicarakan dengan mereka agar siap mental dan mengetahui problem rumah tangga yang menyebabkan perceraian. Dengan demikian,diharapkan mereka kelak tidak akan melakukan hal-hal yang menyebabkan kebahagiaan rumah tangga terputus di tengah jalan.
Jangan lupa mohon petunjuk Allah, dan dimudahkan jalan yang terbaik bagi Pak Rudy beserta anak-anak untuk mendapatkan kebahagiaan berkeluarga. (24) (Suara Merdeka 12 Oktober 2011 h. 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar