Rabu, 14 Desember 2011

Sepupu Memutus Tali Persaudaraan*

Tanya:
Saya ibu rumah tangga, punya tiga anak yang sudah bekerja semua. Suami saya sudah meninggal lima tahun yang lalu. Anak saya yang besar, L, ramah dan pandai bergaul, termasuk dengan orang-orang tua.
Karena itu, banyak yang ingin mengambil sebagai menantu termasuk, sepupu saya T. Sepupu dari suami ini, punya dua anak, perempuan dan laki-laki. Yang perempuan, K, usianya terpaut dua tahun lebih tua dibanding anak saya L.
Anak saya tampaknya sudah punya pilihan sendiri, kebetulan teman kerja K. Namun sepupu dan anaknya tidak mengetahui kalau anak saya naksir pada teman K. Anak saya memang selalu bersikap baik kepada semua temannya, dan sering diminta mengantar atau menemani K ke kantornya atau jalan-jalan.
Karena itu, sepupu menganggap anak saya menanggapi cinta anaknya. Beberapa waktu lalu, sepupu berkunjung ke rumahku dan membicarakan hubungan anak saya dengan anaknya. Belum selesai kami bicara, tiba-tiba datang anak saya bersama dengan pacarnya, dan ia memperkenalkan pula kepada saudara sepupu. Alangkah terkejutnya dia, mendengar bahwa L sudah punya pilihan. Tanpa pamit, ia langsung keluar dari rumah saya. Dan sorenya ia marah-marah lewat telepon, dan mengancam tidak mau bersaudara lagi dengan kami, kalau L tidak mau menikah dengan anaknya.
Bagaimana cara mempertahankan persaudaraan kami agar tidak putus. (Ny. Artini)

Jawab:
Ibu Artini, berbahagialah ibu mempunyai putra yang pandai bergaul dan suka membantu sehingga disukai teman ataupun saudara. Hubungan dengan teman maupun kerabat memang perlu dijalin agar kehidupan ini berjalan dengan harmonis dan menyenangkan.
Untuk menjaga keharmonisan itu, ada tata krama yang perlu diperhatikan. Antara lain saling menghormati dan menjaga batas-batas pergaulan agar tidak terjadi salah penafsiran yang berujung pada pertikaian.
Selama ini, bagaimana sikap putra ibu kepada K. Apakah sebatas bersaudara ataukah hubungan yang lebih khusus, sehingga sepupu ataupun anaknya punya anggapan bahwa L mencintai K.
Mungkin karena L, anak ibu, mau mengantar K ke kantor ataupun jalan-jalan, itu ditafsirkan sebagai salah satu tanda adanya perhatian dan rasa cinta.
Agar tidak salah duga, sebaiknya bu Artini menanyakan kepada L mengenai hal tersebut. Kalau memang tidak ada perasaan selain persaudaraan, maka mintalah L menjelaskannya kepada K dan ibunya. Berikanlah dukungan agar L mau meminta maaf kalau sikapnya suka membantu itu menimbulkan salah pengertian.
Bu Artini bisa ikut menjelaskan bahwa jodoh sudah merupakan anugerah Allah, sehingga ibu beserta keluarga juga tidak bisa memaksa L untuk menikah dengan K. Sampaikan pula doa ibu bagi K agar diberikan jodoh yang lebih baik dari L.
Ajaklah L dan putra ibu lainnya untuk terus menjaga tali persaudaraan dengan sepupu ibu dan keluarganya. Pereratlah kekerabatan itu dengan silaturahmi, mengirim makanan/hadiah atau lainnya yang bisa menumbuhkan kembali keakraban dan saling menyayangi antarkeluarga. Menjaga tali persaudaraan itu melapangkan jalan menuju kebaikan, namun membutuhkan kesabaran.
Karena itu, Allah akan melapangkan rezeki orang yang suka memelihara silaturahmi (hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim) Sementara orang yang memutus tali persaudaraan termasuk dalam golongan orang yang terancam tidak masuk surga (hadits riwayat Ibnu Hibban). (24) (Suara Merdeka 14 Desember 2011 h. 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar