Saya seorang karyawati punya tiga orang anak. Suami berwiraswasta dan sering keluar kota. Kami menikah setelah tamat SMA. Karena anak yang paling kecil, berusia 3 tahun, sering sakit, maka saya minta agar suami banyak di rumah menemani anak.
Pada awalnya suami mau mengurangi kegiatannya keluar kota untuk menunggui anak. Tetapi setelah anak sembuh, ia kembali pada pekerjaannya sampai luar kota.
Sebagai istri yang bekerja, saya sudah membantu suami mencari nafkah dan ingin suami juga membantu pekerjaan saya termasuk mengasuh anak. Ketika hal itu saya kemukakan, suami saya tidak mau kalau harus banyak di rumah, karena pekerjaannya tidak bisa ditinggal.
Akibat perbedaan pendapat itu, kami pernah bertengkar dan hal-hal kecil sekarang ini sering membuat kami bertengkar. Karena merasa tidak mendapat ketenangan dalam rumah, saya mengungsi ke rumah kakak bersama anak yang paling kecil. Sementara dua anak kami masih di rumah, ditemani oleh pembantu dan R, adik dari suami.
Suami pernah menyusul ke rumah kakak dan meminta saya pulang, tetapi saya tidak mau karena ia juga menolak permintaan saya untuk tidak keluar kota. Sekarang ini, rumah tangga kami terancam bubar, karena masing-masing dari kami menjaga gengsi dan tidak ada yang mau mengalah. Apakah rumah tangga kami masih bisa diperbaiki atau lebih baik kami berpisah, karena sudah tidak ada kecocokan. (Rani)
Jawab:
Ananda Rani, pernikahan usia dini ada plus minusnya. Di antara keuntungannya, anak-anak Rani sudah besar sewaktu Rani masih muda sehingga dapat mengasuh dan mendampingi mereka dalam waktu yang cukup lama. Kekurangannya, karena suami dan istri sebaya, terkadang keduanya belum bisa mengendalikan emosinya sebagaimana yang Rani alami sekarang. Meskipun usia masih muda, tetapi kalau sudah menikah, seharusnya bisa bersikap dewasa, sehingga dalam berpikir dan bersikap tidak mengutamakan keinginan sendiri, namun lebih mendahulukan kepentingan anak-anak dan keluarga.
Karena itu, sebaiknya Rani dan suami perlu memikirkan anak anak. Mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang ayah dan ibunya. Maka sudah waktunya, Rani pulang ke rumah dan bersama lagi dengan anak-anak dan suami. Rumah tangga Rani masih bisa diperbaiki, asal ada kemauan dari Rani dan suami untuk menghilangkan sikap egois masing-masing.
Masa depan anak lebih penting daripada mempertahankan gengsi. Karena itu, segeralah minta maaf pada suami karena Rani sudah meninggalkan rumah dan anak-anak. Carilah waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan memusyawarahkan langkah yang sebaiknya dilakukan Rani dan suami agar keutuhan keluarga tetap terjaga.
Perbedaan pemikiran suami dengan istri itu persoalan biasa, maka sebaiknya jangan dimaknai tidak cocok dan kemudian ingin bercerai.
Hadapilah masalah keluarga dengan sabar dan jangan lupa mohon kepada Allah, agar di tahun baru ini dan seterusnya, Rani mendapatkan kebahagiaan berkeluarga. (24) (Suara Merdeka 4 Januari 2012 h. 7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar