Rabu, 11 Juni 2008

Cara Mengingatkan Ayah Penjudi

SAYA pelajar, anak pertama dari enam bersaudara. Ibu penjahit dan ayah wiraswasta kecil. Bekat kerja keras ayah, usahanya berkembang. Beberapa waktu lalu ada L (teman bapak dari kampung) yang katanya ingin cari kerja. 

Karena Bapak juga perlu tenaga untuk mengelola usaha, maka L diminta membantu. Sejak itu Bapak selalu pulang dan pergi berdua dengan L. 

Kemudian kami sekeluarga agak khawatir karena akhir-akhir ini Bapak selalu pulang larut malam. Kalau ditanya, dia hanya diam saja. Karena kami curiga, maka saya bersama adik pernah menguntit Bapak serta L. 

Ternyata mereka masuk ke lokasi perjudian dan hal itu sudah beberapa kali kami ikuti secara diam-diam. Sekarang ini usaha ayah bangkrut. Dan ayah sering bertengkar dengan ibu.

Bahkan ayah sering meminta uang ibu. Setelah ibu tahu, ia tidak mau memberi. Bagaimana cara kami menyadarkan ayah agar berhenti judi dan pisah dari L sebab dialah yang menjerumuskan ayah. (Tono) 

Jawab: 
KAMI ikut prihatin dengan situasi keluarga Tono yang menjadi tidak tenang akibat ayah suka judi. Minta uang dengan paksa menjadi kebiasaan orang yang mabuk judi. Selain merusak ekonomi keluarga, perjudian juga menimbulkan pertikaian. Perjudian dilarang oleh Allah dan termasuk dosa besar (QS Al-Baqarah: 219). 

Karena ayah telah melakukan perbuatan dosa, maka niat Tono untuk meningatkan ayah sebaiknya segera dilaksanakan. Caranya bisa dengan bertukar pikiran tentang akibat negatif perjudian. 

Kalau takut secara lisan, maka bisa lewat surat. 
Yang perlu diperhatikan itu adalah agar menggunakan kata-kata sopan. Islam mengajarkan seorang anak harus tetap menghormati orang tuanya (QS Al-Isra: 23). Jika secara lisan atau tulisan tidak berubah, maka mintalah bantuan saudara ayah yang disegani untuk mengingatkannya. 

Demikian pula dengan L. Ajaklah bicara atau lewat surat. Mintalah pengertiannya agar menghentikan perjudian itu dan jangan melibatkan ayah. 
Setiap shalat mohonkan ampunan kepada Allah atas dosa yang dilakukan ayah dan doakan pula ayah mendapat petunjuk-Nya agar dapat kembali ke jalan yang benar. (80)
(Suara Merdeka 11 Juni 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar