Rabu, 10 September 2008

Berkah Ramadan

Tanya : 
SAYA seorang mahasiswi, punya kenalan P (duda). Menurutnya, kehidupan rumah tangganya dulu tidak harmonis sehingga bercerai. Awalnya kami bertemu di tempat jualan buku di depan masjid. Ternyata ia mempunyai kesukaan membaca, sama dengan saya. Sebenarnya saya pernah punya teman laki-laki bernama M, namun telah lama putus hubungan. Ketika pacaran, kami pernah melakukan dosa meskipun bukan perzinaan. Sebulan yang lalu, P  menyatakan cintanya dan memintaku jadi isterinya. Namun saya belum memberikan jawaban karena dosa saya dulu selalu merisaukan hati. Di bulan puasa ini, saya ingin bertobat dan segera menikah agar tidak jatuh dalam perbuatan dosa. Apakah Allah akan menerima taubat saya dan apakah saya perlu menceritakan masa lalu saya kepada P? (Raina)

Jawab : 
Ananda Raina, kami dapat memahami kerisauan hati karena pernah berbuat dosa. Sebagai seorang gadis, peristiwa itu kadang menghantui masa depan, terutama sewaktu menghadapi pernikahan dengan P. Keinginan Raina untuk bertobat perlu segera diwujudkan. Dan Allah akan mengampuni hamba-Nya yang mau bertaubat sebagaimana tersebut dalam firman: ’’Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu, dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (QS  at-Tahrim :8 ).’’ 

Jangan lupa di bulan puasa ini perbanyak istighfar (mohon ampun) serta bimbingan Allah agar dijauhkan dari godaan yang dapat merusak tobat. Perihal keinginan menikah dengan P merupakan langkah yang baik. Sebelum itu, cobalah diteliti dulu mengenai status P. Apakah betul ia telah bercerai dengan isterinya. 

Hal ini bisa diketahui antara lain dari surat cerainya. Apabila P menginginkan segalanya terbuka, termasuk masa lalu Raina, maka perlu berterus terang kepadanya tentang hubungan Raina dengan M. Sebaliknya Raina bisa juga meminta informasi tentang masa lalu P. Tentu bukan untuk mengungkap kejelekan, tetapi agar bisa saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga bisa menerima  apa adanya. Jangan lupa mohon petunjuk Allah agar diberikan jalan yang dapat mengantarkan pada kebahagiaan berumah tangga. (80)
(Suara Merdeka 10 September 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar