Rabu, 22 Juli 2009

Menolong Anak Tetangga

Tanya: 

Saya seorang ibu rumah tangga, tinggal di kampung K. Ada tetangga dekat bernama L yang mempunyai empat orang anak, namun semuanya tidak disekolahkan. Setiap hari anak-anak itu disuruh mengamen atau meminta-minta di jalan. Kami sekeluarga merasa kasihan dengan mereka. Pada saat teman sebayanya sudah pandai baca tulis, mereka belum bisa.

Pernah ada tetangga yang menegur L tentang keadaan anak-anaknya yang tidak pernah disekolahkan, malah diterjunkan di jalan. Menanggapai teguran itu , L marah-marah dan meminta tetangga jangan ikut campur urusan keluarganya. Inilah yang membuat saya dan suami ragu-ragu untuk menolong anak-anaknya.

Kami ingin menyekolahkan mereka atau memasukkannya ke pondok pesantren  Apa yang bisa kami  lakukan agar dapat menolong anak-anak itu tanpa harus bermusuhan dengan orangtuanya?
(Ny Widya)

Jawab:

Ibu Widya, keluarga Ibu termasuk peduli dengan tetangga. Anak-anak yang setiap hari turun ke jalan menyebabkan mereka dapat terpengaruh kehidupan di jalanan yang serbabebas. Apalagi diantaranya ada anak perempuan. Selain rawan terhadap bahaya di jalan, mereka juga rawan terhadap kekerasan fisik dan kekerasan seksual.

Lingkungan keluarga maupun masyarakat berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Maka, Ibu Widya berniat memasukkan anak ke pondok pesantren, yang mana di sana juga bisa bersekolah, sehingga dapat mengisi kekosongan pendidikan yang selama ini belum diperolehnya dari orangtua.

Agar L dan istrinya bisa menerima niat baik Ibu Wid, dekatilah mereka, ajaklah berbicara mengenai masa depan anak-anak. Apakah mereka akan membiarkan anak-anak hidup di jalan selamanya? Tidakkah mereka kasihan kepada anak-anaknya yang di zaman sekarang setiap orang dituntut bisa baca-tulis, sementara anak-anak mereka tidak bisa.

Orang yang tidak bisa baca-tulis mudah dijadikan sasaran penipuan atau penindasan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab.  Kemukakan pula manfaat anak-anak jika mendapat  pendidikan di sekolah atau pesantren.

Jika L sudah bisa menerima pemikiran  Ibu, maka proses selanjutnya perlu dikawal agar jangan berhenti di tengah  jalan. Ajaklah orangtuanya mengantarkan anak-anak  ke pesantren, agar mereka tahu tempat dan suasana tempat belajar itu.

Seandainya gagal dalam menyekolahkan anak-anak ke pesantren, Ibu dapat menyekolahkan mereka ke sekolah terdekat. Berilah mereka pendidikan keterampilan yang dapat menghasilkan uang. Terkadang ada orangtua  yang anaknya tidak boleh sekolah, agar mereka dapat membantu mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jika semula mereka mencari uang di jalan, sekarang perlu dialihkan ke pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah, seperti membuat makanan ringan atau sejenisnya. Melatih anak agar mempunyai ketrampilan sejak dini juga diajarkan Rasulullah. Sabda beliau, ’’Ajarkanlah kepada anak-anakmu berenang dan memanah serta merenda bagi anak-anak perempuan (HR Al  Baihaqi).

 Dorongan dari Rasulullah itu perlu diwujudkan dalam masyarakat sekarang, agar tidak ada generasi muda yang menganggur dan  tak ada lagi yang terpaksa menjadi peminta-minta atau hidup di jalanan yang berpengaruh negatif terhadap masa depan anak. (32)

(Suara Merdeka 22 Juli 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar