Rabu, 17 Maret 2010

Tak Peduli Anak

Tanya: Saya seorang ibu rumah tangga, punya anak berusia tiga tahun. Karena suami belum punya pekerjaan tetap, maka kami masih ikut ibu mertua. Sudah setahun ini ibu   mertua sakit yang tak kunjung sembuh. Meskipun ibu punya anak selain suami saya, mereka jarang menengok. Bagi saya dan suami, merawat ibu mertua adalah kewajiban anak kepada orang tua yang harus kami lakukan sebagai bakti kami kepadanya.

Di tengah sakitnya ibu, tiba-tiba anak saya kena DB dan harus opname di rumah sakit. Karena masih kecil, saya tidak tega meninggalkannya, meski hanya sebentar untuk melihat ibu di rumah. Yang membuat saya kecewa adalah sikap suami yang jarang menengok anak kami yang baru sakit. Ia mengaku capai setelah seharian cari pekerjaan, kemudian melayani kebutuhan ibu.

Sesungguhnya saya bisa memahami kondisi suami, tetapi anak kami juga sering menanyakan ayahnya, kenapa tidak  menjenguknya. Ketika hal itu saya sampaikan pada suami, jawabannya sama bahwa ia juga capai. Sikap suami yang seperti itu, membuat saya sering merasa hidup sendirian, karena tidak ada lagi yang mau meringankan beban saya. Terkadang timbul pikiran untuk minta cerai saja, karena punya suami, tetapi tidak merasakan adanya perlindungan maupun perhatian.

Yang masih memberatkan untuk bercerai adalah anak saya yang sangat dekat dengan ayahnya. Bagaimana nantinya kalau kami pisah dan anak saya tidak mau jauh dari ayahnya.(Tria)  

Jawab: Ibu Tria, berbahagialah ibu dan suami bisa merawat ibu mertua di masa tuanya. Ibu dan suami dapat melayani dan mendampinginya di kala sakitnya. Itu merupakan kebahagiaan yang perlu disyukuri, karena ibu mertua mau menerima ibu bersama suami tinggal bersamanya. Kiranya bu Tria dan suami termasuk orang yang sabar mendampingi orang tua.  

Karena ibu dan suami sama-sama belum bekerja, maka perlu dicari waktu yang longgar untuk bicara dari hati ke hati tentang kepedulian suami terhadap anak. Dalam kondisi suami belum dapat pekerjaan dan harus merawat ibu, juga menjadi beban pikiran, sehingga ia tidak sempat meluangkan waktu untuk melihat anaknya yang sakit.

Suami merasa sudah berbagi tugas dengan bu Tria, tetapi hal itu tidak pernah dibicarakan dengan bu Tria, sehingga terjadi saling menduga. Agar suami mengerti kesulitan ibu selama mendampingi anak di rumah sakit, sebaiknya ibu kemukakan saja kepada suami, sehingga ia dapat mengerti apa yang diharapkan ibu dari suami untuk meringankan beban pikiran dan perasaan yang selama ini tersimpan dalam pikiran bu Tria.

Demikian pula sebaliknya. Mungkin suami juga merasakan beban berat selama ini, karena belum dapat pekerjaan, ditambah ibu dan anaknya sakit. Kalau suami maupun ibu bisa membicarakan kesulitan masing-masing, akan tercipta saling memahami dan saling membantu untuk mengatasi kesulitan, sehingga ibu tidak perlu bercerai dari suami. Sebab, perceraian justru akan menambah masalah dan  berakibat buruk terhadap perkembangan anak

Ibu juga dapat membantu suami untuk menciptakan lapangan kerja, misalnya dengan membuka toko kelontong, rumah makan, bengkel, atau usaha lain yang sesuai dengan kemampuan dan minat suami. Jangan lupa mohon pertolongan Allah agar diberikan kemudahan dalam memperoleh rezeki dan kebahagiaan dalam rumah tangga. (37)
(Suara Merdeka 17 Maret 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar