Rabu, 12 Mei 2010

Bertengkar karena SMS

Tanya:
Saya ibu dua anak. Suami wiraswastawan ulet, pekerja keras. Tak jarang dia pergi pagi, malam baru pulang. Karena anak-anak sudah besar dan sibuk dengan kegiatan masing masing, saya sering kesepian. Untuk mengisi waktu, saya sering mengontak teman SMA yang tinggal sekota.

Di antara mereka ada T yang dulu dekat dengan saya. Dia sudah  menikah dan punya anak tiga. Dia suka bercanda dan sering SMS dengan bahasa gaul seperti anak muda.

Suatu hari, suami saya pulang siang. Ketika saya di kamar mandi, ada SMS dari T. Karena hp di meja kamar tidur, suami membaca SMS itu. Dia marah dan menuduhku selingkuh dengan T. Saya menyangkal karena tak ada apa-apa di antara kami.

Pertengkaran karena kecemburuan suami terjadi hampir setiap hari. Saya tak tahan lagi bersama dia. Namun untuk berpisah, saya  mempertimbangkan anak-anak. Apa yang mesti saya lakukan agar suami percaya saya dan T cuma berteman?  (Ita)

Jawab:
Ibu Ita, berkomunikasi dengan teman manusiawi. Bertukar kabar atau  bercanda lewat hp tak terlarang. Namun gurauan antara lelaki dan perempuan yang pernah dekat bisa menimbulkan kecemburuan suami. Itu menunjukkan suami amat mencintai Ibu dan tak mau kehilangan.

Karena itu, Ibu tak perlu mengimbangi kemarahan suami dengan  kemarahan pula sehingga bertengkar setiap hari. Lakukanlah sesuatu yang dapat mengembalikan kepercayaan suami. Tanyakan sikap apa yang dia inginkan agar rumah tangga kembali tentram dan damai. Ikutilah kemauan suami dan mintalah T tak menghubungi  Ibu lagi.

Setelah tenang, Ibu bisa bicara dari hati ke hati dengan suami bahwa T hanya teman biasa. Jika suami belum kenal T, Ibu dapat mengunjungi T beserta keluarga. Jika sudah kenal, kecurigaan suami tentu hilang. Selanjutnya Ibu tinggal menjaga kepercayaan sebagaimana suami kehendaki.    

Sikap Ibu yang tak mau berpisah dari karena mempertimbangkan  anak-anak menunjukkan Ibu sangat mencintai keluarga. Jangan lupa selalu mohon pada Allah agar diberi petunjuk dan kekuatan sehingga dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga. (53)
(Suara Merdeka 12 Mei 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar