Rabu, 19 Januari 2011

Suami Selingkuh dengan Lelaki*

Tanya:
Saya pegawai swasta dengan seorang anak berusia empat tahun. Suami bekerja di kantor asuransi. Dia sering tugas keluar kota. Terkadang seminggu baru pulang.
Kami cukup bahagia. Meski sering ke luar kota, suami cukup perhatian pada saya dan anak kami. Tak jarang dia membelikan sesuatu buat kami.
Namun ternyata semua kebaikan itu hanya untuk mengelabui kami. Sebab, suami saya selingkuh dengan teman lelaki sekantor bernama K. Mereka sering ke luar kota bersama. Semula saya mengira mereka cuma bersahabat. Ternyata mereka pasangan homo yang menghabiskan waktu untuk bersama ketika bertugas di luar kota.
Saya menerima berita perselingkuhan itu dari teman yang melihat suami saya dan K di sebuah hotel. Semula teman saya tak mencurigai K. Saat itu, teman saya mengantar saudaranya dari luar kota untuk bertemu tamu di hotel tempat suami saya menginap. Di hotel, suami saya telah dikenal para pegawai hotel sebagai pelanggan yang sering kencan dengan sesama jenis.
Saya menanyakan pada suami kebenaran informasi itu. Semula dia menyangkal, tetapi setelah saya tunjukkan bukti-bukti akhirnya dia mengakui dan minta maaf. Namun saya telanjur kecewa atas kebohongannya selama ini. Itu memengaruhi hubungan kami sebagai suami-istri.
Bagaimana cara menghilangkan kebencian karena dikhianati suami yang semula saya percaya sebagai lelaki yang baik? (Ny Rina)

Jawab:
Kami bisa memahami betapa jengkel Ibu pada suami yang menyia-nyiakan kepercayaan. Meski dengan sesama lelaki, perselingkuhan suami Anda tetap dilarang agama. Sebab, bertentangan dengan ajaran Islam mengenai pernikahan.
Sesuai dengan fitrah manusia, lelaki secara kodrati mencintai perempuan. Begitu pula sebaliknya. Pernikahan bukan sekadar untuk menuruti hawa nafsu, melainkan untuk memperoleh keturunan dan ketenangan hidup. Allah menurunkan azab pada kaum Nabi Luth yang homoseks.
Jadi, Ibu perlu berlapang dada untuk memaafkan dan mengajak suami untuk memohon ampun pada Allah. Sebagai manusia, suami Ibu telah melakukan kesalahan dan telah mengakui. Semoga pengakuan itu merupakan awal dari kesadaran untuk tak mengulangi. Ibu sebaiknya tak lagi mengingat kejelekan suami, tetapi perlu mengingat pula kebaikan dan kasih sayangnya pada Ibu dan anak.
Selanjutnya, bukalah lembaran baru. Jangan lupa mohon suami diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah untuk kembali menjadi lelaki normal dan taat pada tuntunan agama. (51) (Suara Merdeka 19 Januari 2011 h. 19)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar