Rabu, 24 Agustus 2011

Marah pada Saat Puasa*

Tanya: Saya  ibu rumah tangga, mempunyai lima anak. Suami bekerja di perusahaan  swasta, namun sebulan yang lalu kena PHK. Sejak kehilangan pekerjaannya itu, suami sering marah-marah pada anak-anak.
Memang di antara anak kami ada yang keras kepala dan sering membantah bila disuruh mengerjakan sesuatu. Pada bulan Ramadan ini, suami lebih sabar mengadapi  anak, tetapi  terkadang masih marah kalau perintahnya tidak dilaksanakan. Kalau saya ingatkan bahwa orang puasa dilarang marah, maka ia  mengatakan bahwa marah pada anaknya yang nakal kan boleh. Karena tujuannya untuk memberi pelajaran, agar anak tidak melakukan  hal yang  tidak baik. Apakah sikap suami saya itu tidak membatalkan puasanya, dan bagaimana sebaiknya menyikapi anak yang bandel tanpa harus marah. (Ny. Rina)

Jawab: Di antara hikmah puasa adalah membuat orang lebih sabar dalam menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan. Karena hakikat puasa adalah pengendalian diri untuk tidak menuruti hawa nafsu, termasuk nafsu amarah.  
Anak yang bandel perlu dihadapi dengan sabar, sambil melihat sebab-sebab yang membuat anak tidak mau melaksakan perintah orang tuanya. Pada umumnya, orang tua yang menginginkan anaknya mematuhi orang  tuanya, lupa bahwa anak juga punya alasan mengapa ia tidak melaksanakan perintah itu. Mungkin ia sedang  mengerjakan tugas sekolah, atau ada masalah yang menyebabkan ia tidak melaksanakan perintah orang tuanya. Apabila orang tua ingin anaknya menjadi orang yang sabar, maka Ibu Rina dan suami perlu memberi contoh dengan membantu anak memecahkan persoalan yang membuat ia kesal dan menolak untuk mematuhi orang tuanya. Mungkin anak tidak suka diperintah dengan suara yang keras atau dengan kata-kata/panggilan yang tidak disukainya. Maka orang tua perlu mengetahui sifat masing masing anaknya agar lebih mudah dalam berkomunikasi sesuai sifat dan karakter masing masing. Orang puasa yang marah, menunjukkan bahwa pengendalian dirinya masih lemah. Selama marah itu tidak menimbulkan kerusakan, seperti melukai atau sejenisnya, maka yang berkurang adalah pahala puasanya. Dan pengendalian diri itu perlu dilatih terus, hingga menjadi sifat sabar. Maka perintah untuk mengendalikan diri itu tidak berlaku hanya selama puasa/siang hari, tetapi juga berlaku di luar bulan Ramadan. Semoga dengan puasa, suami ibu dapat melatih kesabarannya.
Mungkin ia sering marah karena bingung memikirkan pekerjaannya yang hilang. Maka Ibu perlu memberikan dukungan moral agar suami bisa lebih sabar menerima keadaan itu, dan semakin sabar menghadapi  anak-anak dengan segala kekurangannya.
Rasulullah menyebutkan orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya ketika marah, dialah orang yang kuat, bukan orang yang kuat dalam perkelahian (hadits riwayat Bukhari dan Muslim). (24)
(Suara Merdeka 24 Agustus 2011 h.7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar