Rabu, 14 September 2011

Suami Diamkan Ibu Tiri*

Tanya:

Sejak dua bulan lalu, suami saya tidak bertegur sapa dengan ibu tirinya. Saya tidak tahu sebabnya. Ibu tiri tinggal bersebelahan rumah dengan kami, namun kami tidak mesti ketemu. Hari Raya kemarin, saya baru tahu mereka saling berdiam diri, bahkan suami menolak untuk saya ajak sungkeman kepada ibu. Bapak mertua sudah meninggal.
Saya menanyakan sebab suami bersikap demikian. Ternyata suami juga merasa didiamkan oleh ibu mertua. Dan ia juga merasa tidak bersalah, karena jarang bertemu. Bagaimana mungkin berbuat kesalahan, kalau bertemu saja jarang.

Tahun lalu, menjelang Ramadan, saya dan suami mengunjungi ibu mertua untuk mengantarkan makanan atau keperluan lebaran. Tetapi puasa kemarin, hanya saya yang mengunjunginya. Dan waktu itu, ibu menyampaikan kepada saya bahwa ia merasakan ada kebencian dalam diri suami saya. Bagaimana sebaiknya mendamaikan suami dengan ibu tiriya? (Nina)

Jawab:
Ibu Nina, meskipun ibu tiri, namun banyak di antara mereka yang  menginginkan anak-anak suaminya menaruh hormat dan menyayanginya. Banyak ibu tiri yang menganggap anak tiri sebagai anak kandungnya, apalagi kalau suaminya sudah meninggal. Karena merasa diberi tanggung jawab untuk mendidik dan membesarkan anak-anak itu. Banyak ibu tiri yang secara tulus ikhlas mendampingi anak-anak tirinya sampai besar dan mandiri.

Kebaikan ibu tiri banyak yang sering tertutup oleh citra buruk yang disebarkan melalui ceritera atau kisah-kisah yang mengekspos sisi buruknya. Hal ini bisa berpengaruh pada munculnya sikap antipati terhadap sosok ibu tiri. Padahal semua manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan, termasuk ibu kandung ataupun ibu tiri. Kalau selama hidup berdampingan rumah, ada hal-hal yang membuat suami tersinggung, itu sesuatu yang manusiawi. Tetapi perlu dilihat pula bagaimana ibu tiri selama ini sudah memberikan perhatian kepada suami ibu dan saudara-saudaranya. Kalau sampai sekarang ibu tiri masih tinggal bersebelahan dengan Ibu Nina dan suami, itu menunjukkan kesediaannya untuk tetap bersama dalam suka maupun duka.

Cobalah ibu ajak suami mengingat kembali kebaikan-kebaikan ibu tiri, dan timbulkan kesadarannya tentang perlunya anak menghormati dan berbakti kepada orang yang telah membesarkannya, siapa pun itu orangnya. Ajaklah bersilaturahmi ke rumah ibu tiri, dan jagalah tali kekeluargaan. Keluarga itu akan menjadi lebih tenang, kalau ada sesepuh (orang tua) yang mau mendampinginya. Kepadanya, anak bisa mengadu dan minta nasihat dan serta doa untuk memudahkan jalannya menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jangan lupa mohon kepada Allah  agar diberikan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarga. (24) (Suara Merdeka 14 September 2011 h. 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar